Rabu, 05 Juni 2013

KaRaNg LuNak kU yanG spEsiaL.....!!!!!

PENDAHULUAN

           Terumbu karang merupakan suatu ekosistem unik perairan tropis dengan tingkat kesuburan, keanekaragaman biota dan nilai estetika yang tinggi tetapi termasuk salah satu yang paling peka terhadap perubahan kualitas lingkungan (Burke et al,2002; Dahuri, 2003).
           Pertumbuhan dan perkembangan terumbu karang dipengaruhi oleh faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus dan substrat. Faktor lingkungan yang berpengaruh cukup besar terhadap pertumbuhan karang adalah cahaya, suhu, sedimentasi dan aktivitas biologi. Diantara faktor-faktor lingkungan itu, suhu adalah faktor lingkungan yang paling besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan organisme laut termasuk karang (Nybakken, 1992).
           Karang lunak termasuk dalam kelompok oktokoral (Octocorallia, Alcyonacea), yaitu  jenis karang yang memiliki  delapan  tentakel, hidup di  laut, ditemukan  dari  daerah  tropis  sampai  ke  daerah  kutub. Kelompok  ini  juga ditemukan di habitat muara sungai berlumpur di daerah pasang surut, sampai ke perairan  laut  dalam.  Hasil  penelitian yang  dilakukan  di  perairan  dangkal  di beberapa kepulauan di Indonesia, Filippina dan Papua Nugini, tercatat  bahwa perairan ini merupakan perairan dengan kepadatan jenis oktokoral  tertinggi di dunia. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, beberapa pakar telah giat melakukan penelitian tentang karang lunak. Penemuan-penemuan baru di bidang farmasi sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, seperti ditemukannya senyawa kimia yang dapat  digunakan  untuk bahan obat-obatan, zat antibiotik dan antitumor (Fabricus dan  Alderslade, 2001).

           Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kepadatan dan keanekaragaman karang lunak pada berbagai zona di perairan Pulau. Laelae, P. Bonebatang dan P. Badi, dan kaitan dengan kondisi oseanografi. Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi dalam upaya pengelolaan sumberdaya laut, khususnya karang lunak.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat
            Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai bulan November 2012 di di perairan Pulau Laelae, Pulau Bonebatang dan Pulau Badi. Kepulauan Spermonde (Gambar 3), sedangkan untuk analisis sampel dilakukan di Laboratorium Oseanografi Kimia, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hassanuddin.

Alat dan Bahan
            Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu : perahu motor, digunakan untuk transportasi di lapangan; GPS (Global Positioning System) untuk penentuan koordinat lokasi penelitian; alat selam dasar atau SCUBA untuk pengambilan sampel karang lunak; Alat tulis dibawah air (underwaterpaper) untuk mencatat data saat pengamatan; Kamera Underwater untuk dokumentasi penelitian; kantong sampel digunakan sebagai tempat menyimpan sampel karang lunak; Water quality checker digunakan untuk pengukuran, salinitas, pH dan suhu perairan, layang-layang arus, stopwatch dan kompas digunakan untuk menentuakan arah dan kecepatan arus; meteran 50 m untuk mengukur kepadatan dan komposisi jenis karang lunak. Untuk selanjutnya dianalisis di laboratorium.
Penentuan Stasiun Pengamatan
            Stasiun pengamatan di tentukan berdasarkan jarak pulau dengan daratan utama (P. Sulawesi). Stasiun penelitian tersebut adalah Pulau Laelae, Pulau Bonebatang dan Pulau Badi (Gambar 1). Jarak tersebut akan mempengaruhi kondisi oseanografi, kepadatan dan keanekaragaman karang lunak. Pada tiap stasiun dilakukan dua kali
                                                      Gambar 1. Peta Lokasi penenlitian

Pengamatan Kepadatan dan Keanekaragaman Karang Lunak
Untuk mengetahui kepadatan dan keanekaragaman karang lunak yaitu dengan menggunakan Metode Transak Garis (Line Intercept Transect/LIT) (English et al., 1997). Pengamatan dilakukan pada tiga sisi, dan setiap sisi terdiri dari tiga zona yaitu zona reef flat, reef crest, reef slope. Tiap zona memiliki satu transek sepanjang 50 meter. Pemasangan transek dipasang sejajar dengan garis pantai dan mengikuti kontur.

            Metode ini mempunyai beberapa kelebihan antara lain, akurasi data dapat diperoleh dengan baik, kualitas data lebih baik dan lebih banyak, penyajian struktur komunitas seperti perentase penutupan karang hidup ataupun karang mati, ukuran koloni dan keanekaragaman jenis dapat disajikan secara lebih menyeluruh serta dapat menyajikan secara baik data struktur komunitas biota yang bersimbiosis dengan terumbu karang. Nilai penutupan dasar yang didata adalah nilai akhir pada garis transek yang merupakan akhir dari suatu kriteria yang ditinjau dari transek 0-50 meter. Karang lunak dicatat jumlah individunya sepanjang garis transek.
A.     Analisis Data

a.      Kepadatan

Untuk menghitung kepadatan karang lunak dihitung dengan menggunakan rumus (Brower and Zar, 1990) :

Keterangan :
Ki      = Kepadatan individu setiap genus karang lunak (ind/m2)
ni       = Jumlah individu setiap genus karang lunak
A       = Luasan transek (100 m2)
b.      Keanekaragaman karang lunak
Indeks Keanekaragaman, dihitung dengan mengunakan rumus (Odum, 1971) :
Keterangan :
      H’        =          Indeks Keanekaragaman
      ni         =          Jumlah individu jenis
      N         =          Jumlah Individu keseluruhan

                                    Untuk mengetahui perbedaan kepadatan dan keanekaragaman karang lunak di tiga stasiun berbeda dilakukan uji Analysis of varians (ANOVA), apabila terdapat perbedaan dilakukan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 95%. Untuk mengetahui kaitan faktor oseanografi dengan kepadatan dan keanekaragaman  karang lunak di tiga stasiun berbeda dilakukan Uji Principle Component Analysis (PCA).

DAFTAR PUSTAKA
Bayer, F.M., 1956. Octocorallia. In: Treatise on Invertebrata Paleontology,    Part F   Coelenterata. (R.C. Moore ed.). Geological Society Of America and Univ.      Kansas Press.
Bikerland, C. 1997. Life and Death of Coral Reefs. International Thomson    Publishing.       New York. NY. hlm: xiv + 536
Fabricius, K.  and P.  Alderslade.  2001.  Soft Corals and Sea Fans A Comprehensive Guide             to the Tropical Shallow Water Genera of the Central-West Pacific, the Indian Ocean             and the Red Sea.  Australian Institute of Marine Science.  Townsville.
Brower, et al., 1998. Field and Laboratory Methods For General        Ecology,Fourth            Edition.            McGraw Hill Inc. USA
Buddemeier, R.W. 1978. Coral growth. Oceanography Marine           Biology Annual review. 14 :    183-225.
Burke,  L. E. S. and  M.  Spalding. 2002. Reef at risk South east  Asia.           World Resources        Institute. Washington D.C.
Dahuri R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut:  Aset Pembangunan             Berkelanjutan Indonesia.  PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Daly, M., et al. 2007. The Phylum Cnidaria: A Review of Phylogenetic         Patterns            and      Diversity 300 Years After Linnaeus. Zootaxa            1668:127-182
Haris, A. 2012. Identifikasi Jenis Karang Lunak (Octocorallia:Alcyonacea) Berdasarkan Gambar. Jurusan Ilmu kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin.
Haris, A. 2001. Laju Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Fragmentasi Buatan     karang Lunak (Octocorallia: Alcyonacea) Sarchophyton trocheliophorum Von         Marenzeller dan Lobophytum strictum Tixier Durivault di Perairan Pulau Pari,          Kepulauan Seribu. Tesis (Tidak dipublikasikan). Program Pascasarjana, Institut             Pertanian Bogor, Bogor.
Manuputty, A. E. 2008. Beberapa Aspek Ekologi Oktokoral. Oseana –          Majalah Ilmiah             Semi Populer, Vol. XXXIII No.2 hal : 33-42. P2O-LIPI, Jakarta
Manuputty, A. E.  2005. Reproduksi dan Propagasi pada Octocorallia.           Oceana,           Vol.XXX, No.1 hal: 21-27. P2O-LIPI, Jakarta.
Odum, E. P. 1971. Fundamental of Ecology (3th­ed). WB Sounder Company,             Toronto.

Supriharyono, 2007. Konserfasi Ekosistem Sumber Daya Hayati, penerbit pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Supriharyono, 2007. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang Edisi   Revisi. Djambatan,      Jakarta.