PENDAHULUAN
Terumbu karang merupakan suatu ekosistem unik perairan tropis dengan
tingkat kesuburan, keanekaragaman biota dan nilai estetika yang tinggi tetapi
termasuk salah satu yang paling peka terhadap perubahan kualitas lingkungan
(Burke et al,2002; Dahuri, 2003).
Pertumbuhan
dan perkembangan terumbu karang dipengaruhi oleh faktor-faktor pembatas.
Faktor-faktor pembatas itu antara lain kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, arus
dan substrat. Faktor lingkungan yang berpengaruh cukup besar terhadap
pertumbuhan karang adalah cahaya, suhu, sedimentasi dan aktivitas biologi.
Diantara faktor-faktor lingkungan itu, suhu adalah faktor lingkungan yang
paling besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan organisme laut termasuk karang
(Nybakken, 1992).
Karang
lunak termasuk dalam kelompok oktokoral (Octocorallia, Alcyonacea), yaitu jenis karang yang memiliki delapan
tentakel, hidup di laut,
ditemukan dari daerah
tropis sampai ke
daerah kutub. Kelompok ini
juga ditemukan di habitat muara sungai berlumpur di daerah pasang surut,
sampai ke perairan laut dalam.
Hasil penelitian yang dilakukan
di perairan dangkal
di beberapa kepulauan di Indonesia, Filippina dan Papua Nugini,
tercatat bahwa perairan ini merupakan
perairan dengan kepadatan jenis oktokoral
tertinggi di dunia. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi,
beberapa pakar telah giat melakukan penelitian tentang karang lunak.
Penemuan-penemuan baru di bidang farmasi sangat bermanfaat bagi kehidupan
manusia, seperti ditemukannya senyawa kimia yang dapat digunakan
untuk bahan obat-obatan, zat antibiotik dan antitumor (Fabricus dan Alderslade, 2001).
Tujuan
dari penelitian ini adalah mengetahui kepadatan
dan keanekaragaman karang lunak pada berbagai zona di perairan Pulau. Laelae,
P. Bonebatang dan P. Badi, dan kaitan dengan kondisi oseanografi. Kegunaan dari penelitian ini adalah
untuk memberikan informasi dalam upaya pengelolaan sumberdaya laut,
khususnya karang lunak.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September
sampai bulan November 2012 di di perairan Pulau Laelae, Pulau Bonebatang dan
Pulau Badi. Kepulauan Spermonde (Gambar 3), sedangkan untuk analisis sampel
dilakukan di Laboratorium Oseanografi Kimia, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hassanuddin.
Alat
dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini
yaitu : perahu motor, digunakan untuk transportasi di lapangan; GPS (Global Positioning System) untuk
penentuan koordinat lokasi penelitian; alat selam dasar atau SCUBA untuk
pengambilan sampel karang lunak; Alat tulis dibawah air (underwaterpaper) untuk
mencatat data saat pengamatan; Kamera Underwater untuk dokumentasi penelitian;
kantong sampel digunakan sebagai tempat menyimpan sampel karang lunak; Water quality checker digunakan untuk
pengukuran, salinitas, pH dan suhu perairan, layang-layang arus, stopwatch dan kompas digunakan untuk
menentuakan arah dan kecepatan arus; meteran 50 m untuk mengukur kepadatan dan
komposisi jenis karang lunak. Untuk selanjutnya dianalisis di laboratorium.
Penentuan Stasiun Pengamatan
Stasiun pengamatan di tentukan
berdasarkan jarak pulau dengan daratan utama (P. Sulawesi). Stasiun penelitian
tersebut adalah Pulau Laelae, Pulau Bonebatang dan Pulau Badi (Gambar 1). Jarak
tersebut akan mempengaruhi kondisi oseanografi, kepadatan dan keanekaragaman
karang lunak. Pada tiap stasiun dilakukan dua kali
Gambar 1. Peta Lokasi penenlitian
Pengamatan
Kepadatan dan Keanekaragaman Karang Lunak
Untuk
mengetahui kepadatan dan keanekaragaman karang lunak yaitu dengan menggunakan
Metode Transak Garis (Line Intercept Transect/LIT) (English et al., 1997). Pengamatan dilakukan pada
tiga sisi, dan setiap sisi terdiri dari tiga zona yaitu zona reef flat, reef
crest, reef slope. Tiap zona memiliki satu transek sepanjang 50 meter.
Pemasangan transek dipasang sejajar dengan garis pantai dan mengikuti kontur.
A. Analisis
Data
a. Kepadatan
Untuk menghitung
kepadatan karang
lunak dihitung
dengan menggunakan rumus (Brower and Zar, 1990) :
Keterangan :
Ki =
Kepadatan individu setiap genus karang lunak (ind/m2)
ni =
Jumlah individu setiap genus karang lunak
A =
Luasan transek (100 m2)
b.
Keanekaragaman karang lunak
Indeks Keanekaragaman, dihitung dengan mengunakan rumus (Odum, 1971) :
H’ = Indeks
Keanekaragaman
ni = Jumlah
individu jenis
N = Jumlah
Individu keseluruhan
Untuk
mengetahui perbedaan kepadatan dan keanekaragaman karang lunak di tiga stasiun
berbeda dilakukan uji Analysis of varians
(ANOVA), apabila terdapat perbedaan dilakukan uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 95%. Untuk mengetahui kaitan faktor oseanografi dengan kepadatan dan
keanekaragaman karang lunak di tiga
stasiun berbeda dilakukan Uji Principle
Component Analysis (PCA).
DAFTAR
PUSTAKA
Bayer, F.M., 1956. Octocorallia.
In: Treatise on Invertebrata Paleontology, Part
F Coelenterata. (R.C. Moore ed.).
Geological Society Of America and Univ. Kansas Press.
Bikerland, C. 1997. Life and Death of Coral Reefs. International
Thomson Publishing. New York. NY. hlm: xiv + 536
Fabricius, K. and P.
Alderslade. 2001. Soft Corals and Sea Fans A Comprehensive
Guide to the Tropical Shallow
Water Genera of the Central-West Pacific, the Indian Ocean and the Red Sea. Australian Institute of Marine Science. Townsville.
Brower, et al., 1998. Field and Laboratory Methods For General Ecology,Fourth Edition. McGraw
Hill Inc. USA
Buddemeier, R.W. 1978. Coral
growth. Oceanography Marine Biology
Annual review. 14 : 183-225.
Burke, L. E. S. and
M. Spalding. 2002. Reef at risk
South east Asia. World Resources Institute. Washington D.C.
Dahuri R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut: Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Daly, M., et al. 2007. The Phylum Cnidaria: A Review of Phylogenetic Patterns and Diversity
300 Years After Linnaeus. Zootaxa 1668:127-182
Haris, A. 2012. Identifikasi
Jenis Karang Lunak (Octocorallia:Alcyonacea) Berdasarkan Gambar. Jurusan Ilmu
kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin.
Haris, A. 2001. Laju Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Fragmentasi
Buatan karang Lunak (Octocorallia:
Alcyonacea) Sarchophyton
trocheliophorum Von Marenzeller dan Lobophytum
strictum Tixier Durivault di Perairan Pulau Pari, Kepulauan
Seribu. Tesis (Tidak dipublikasikan). Program Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Manuputty, A. E. 2008. Beberapa Aspek Ekologi Oktokoral. Oseana – Majalah Ilmiah Semi
Populer, Vol. XXXIII No.2 hal
: 33-42. P2O-LIPI, Jakarta
Manuputty, A. E. 2005. Reproduksi dan Propagasi pada Octocorallia. Oceana, Vol.XXX, No.1
hal: 21-27. P2O-LIPI, Jakarta.
Odum, E. P. 1971. Fundamental of
Ecology (3thed). WB
Sounder Company, Toronto.
Supriharyono,
2007. Konserfasi Ekosistem Sumber Daya Hayati, penerbit pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Supriharyono, 2007.
Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang Edisi Revisi.
Djambatan, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar